Foto Hutan De Djawatan Benculuk di Banyuwangi |
Tumbuh sama-sama besar dengan tajuk berbentuk seperti payung. Di retakan kulit batangnya tumbuh tumbuhan paku-pakuan yang menambah kesan tua pada pohon-pohon di hutan tersebut. Hutan tersebut namanya Hutan De Djawatan.
Sejarah Hutan Djawatan Benculuk
Hutan De Djawatan atau sebelumnya
dikenal Hutan Djawatan Benculuk merupakan hutan kecil yang dikelola oleh BUMN
Perhutani. Hutan kecil ini adalah warisan Belanda mengelola hutan-hutan dan
sumberdaya alam di Jawa dan Madura bernama Den Dienst Van Het Boschwezen
atau Jawatan Kehutanan. Itulah kenapa nama lokasi ini disebut Hutan De Djawatan
atau Hutan Jawatan Benculuk karena lokasinya di Kecamatan Benculuk.
Kondisi Djawatan Benculuk saat menjadi TPK, penuh log kayu |
Hutan De Djawatan sendiri dibangun sekitar 300 tahun yang lalu sebagai tempat penimbunan kayu produksi. Hutan ini sering dijadikan warga setempat untuk rekreasi atau berfoto-foto. Karena peminatnya makin banyak akhirnya sekitar tahun 2018 peruntukannya berubah fungsi dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) pasca panen menjadi tempat wisata.
Memang saat membangun TPK
dibutuhkan pohon yang bisa jadi peneduh kayu-kayu yang dikumpulkan disana
sehingga dipilihlah pohon Trembesi ini yang punya tipe tajuk (dahan) berbentuk
payung. Uniknya karena pohon trembesi ini ditanam bersamaan dan besar bersamaan
akhirnya membentuk iklim mikro yang sejuk berbeda dengan luar area hutan. Iklim
mikro tersebut membuat jenis paku-pakuan tumbuh dari retakan kulit batang dan
terus berkembang dan menyebar pada semua pohon melalui spora.
Rute Menuju Hutan De Djawatan Benculuk
Untuk Menuju Ke Hutan Dejawatan
Benculuk ini cukup mudah kok, karena berada sejalur dengan jalan besar. Dari
Banyuwangi kota kalian ambil arah menuju ke Jember melewati Rogojampi – Gladak
– Srono – lalu sekitar 15 menit akan sampai di Benculuk nanti sebelum masjid
besar atau lampu Lalu lintas Benculuk ada tulisan gerbang Jawatan Benculuk
diantara toko-toko. Masuk ke Gerbang tersebut lalu kalian akan sampai di Hutan
De Djawatan Benculuk. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 7.500 / orang dan
motor Rp. 5.000 atau Mobil Rp,10.000 kita sudah bisa menikmati suasana hutan De
Djawatan ini.
Jika kalian menggunakan kendaraan umum juga bisa. Kalian tinggal naik di Terminal Brawijaya atau Dari Taman Patung Kuda, Bis Jurusan ke Jajag, Jember dan minta turun ke Hutan Dejawatan Benculuk akan diturunkan di depan gerbang masuk. Dulu ada Program Bis Gratis Kerjasama Pemkab Banyuwangi dengan Damri, namun sekarang belum ada kembali program bis gratis tersebut.
Spot foto tulisan De Djawatan dengan background pohon trembesi |
parkiran dokar di Dejawatan Benculuk |
Lorong Hutan Djawatan Benculuk yang sepi begini jadi incaran foto |
Fenomena Crown Shyness di Hutan De Djawatan |
Memang jalan di lorong hutan itu suasananya menakjubkan karena mungkin sudah tidak ada lagi suasana hutan yang seperti ini. Batang-batang pohon flamboyan besar yang penuh banyak tumbuhan paku. Angin dari persawahan masuk ke lorong-lorong hutan tersebut membuat tumbuhan paku berayun-ayun mengikuti irama angin. Menurut saya memang eksotis lorong hutan De Djawatan ini.
Suasana Sore di Djawatan Benculuk |
Menurut saya, Hutan Dejawatan ini
wajib sekali dikunjungi untuk kalian yang sedang berwisata ke Banyuwangi.
Lokasinya pun strategis karena searah ke Pulau Merah sehingga biasanya Hutan De
Djawatan ini bisa dikunjungi sekaligus menuju ke Pantai Pulau Merah atau bagi
kalian yang ingin kuliner Rujak Soto Mbok Mbret yang terkenal enak.
Gimana tertarik ke Banyuwangi,
mengujungi Hutan De Djawatan ini kan.
Posting Komentar