Pasar Wit-Witan Desa Alas Malang Kecamatan Singojuruh |
Hari minggu pagi di Banyuwangi, tiba-tiba saya ingin sarapan yang agak beda dari biasanya. Biasanya sih nyari sarapan di Pasar Minggu Pagi Desa Kemiren atau beli Nasi Uduk Jakarta di dekat Pelabuhan Ketapang. Kali ini saya pergi ke daerah Singojuruh tepatnya di Desa Alas Malang yang terkenal dengan Adat Kebo-keboannya. Di Desa tersebut ada sebuah pasar yang unik. Pasar ditengah kebun kecil. Dibawah pohonnya banyak orang berjualan makanan siap santap. Pasar tersebut bernama Pasar Wit-Witan.
Situasi Pasar Wit-Witan |
Pasar Wit-Witan ini adalah pasar yang baru saja dibuka setelah munculnya pasar-pasar kekinian di Banyuwangi seperti Pasar Ketupat Boyolangu, Pasar Jajanan Pasar Khas Osing Kemiren dan lain-lainnya. Sama seperti pasar kekinian lainnya, pasar ini hanya buka di hari tertentu saja, setiap hari Minggu pagi mulai jam 6.30 sampai 9.30. Sesuai namanya para penjual dan penjaja makanan di Pasar Wit-Witan berjualan dibawah pohon-pohon dalam kebun kecil.
Rute Menuju Pasar Wit-Witan dari Kota Banyuwangi
Pasar Wit-Witan berada di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Letaknya sekita 16 km dari pusat kota Banyuwangi atau kalau naik motor kesini sekitar 20-30 menit. Rute menuju Pasar Wit-Witan ini gampang kok. Dari kota Banyuwangi ambil arah ke Rogojampi pertigaan tugu Adipura ambil ke kanan lalu ikuti jalan tersebut sampai ketemu perempatan patung Kebo-keboan. Ambil ke arah kanan, ikuti jalan tersebut, Pasar Wit-Witan berada di sebelah kiri jalan tidak jauh dari perempatan patung kebo-keboan alas malang. Tidak ada transportasi umum menuju kesini ya.
Bu Tin, Penjual dan Pembuat Makanan Geseng |
Mas Mamet, Rawon Racikannya enak loh |
Berangkat dari Banyuwangi jam 6.00 pagi, sampai sana suasana pasar sudah ramai. Saya mulai memutari pasar terlebih dahulu melihat-lihat membeli makanan apa untuk sarapan. Kebunnya terlihat sekilas seperti hutan, apalagi sisi selatannya tumbuh pohon agak lebat dan terdapat sungai kecil. Penjual menggunakan pakaian tradisional dengan pakaian berwarna hitam dan bawahan batik. Rasanya sekilas membawa saya pada gambaran pasar-pasar jaman dulu saat era kerajaan. Walau tempatnya di pinggir hutan dan kebun kecil, penjual di Pasar Wit-Witan ini menempati area yang agak terbuka sehingga pembeli leluasa berjalan kesana kemari. Cara jualannya unik, meja untuk menjajakan makanan terbuat dari bambu. Kursi-kursi untuk menyantap makanan yang dibeli pun demikian, tersebar di beberapa titik di pasar wit-witan ini, beberapa kursi berada berdekatan atau di depan pedagang makanannya.
Jajanan pasar yang dijual, Kue Kucur (cucur) |
Kursi Bambu untuk menyantap makanan dan minuman yang sudah dibeli |
Makanan yang dijajakan juga menarik, karena banyak menjual jajanan pasar tradsional seperti lupis, getuk, kucur, ketan goreng dan gorengan lainnya. Bisa ditemukan juga makanan modern seperti martabak telur dan martabak terang bulan. Untuk makanan beratnya juga beragam dari nasi pecel, nasi kuning, nasi rawon dan yang menarik disini ada penjual Geseng Mentok dan Bangsong yang mana kuliner ini merupakan kuliner khas Singojuruh yang dulunya hanya dibuat untuk Hari Raya saja.
Pembeli sedang membeli es tradisional |
Untuk Minuman ada beberapa yang menarik yaitu es campur yang dijual di area tengah pasar. Ada toping bola berwarna ungu yang setelah saya tanya terbuat dari telo ungu. Disini juga mudah ditemukan minuman temulawak dan jamu yang diracik oleh warga setempat. Tidak hanya menjual makanan dan minuman, UKM kerajinan tangan yang ada di Kecamatan SIngojuruh turut hadir meramaikan, rata-rata adalah kerajinan dari kayu/sisa kayu yang dibuat menjadi perabotan dan yang menarik perhatian adalah jam tangan.
Hutan kecil dekat dengan Pasar Wit-Witan |
Letak Pasarnya menurut saya cukup strategis, setelah sarapan di Pasar Wit-Witan, jika kalian wisatawan kalian bisa melanjutkan perjalanan ke Djawatan Benculuk, Pulau Merah dan Alas Purwo. Jika kea rah barat kalian bisa berkeliling menjelajahi wisata alamnya Songgon. Pasar Wit-Witan ini hanya buka di Hari Minggu Pagi mulai pukul 06.30 sampai 09.30. Jadi jangan sampai datang kesiangan ya, nanti makanan/minuman yang sudah kalian incar keburu habis :D.
Nonton Videonya disini ya
Nonton Videonya disini ya
Sekarang pasar seperti ini masih jalan dan banyak. Tinggal bagaimana masyarakat setempat bisa berkreasi agar konsisten pengunjungnya
BalasHapusKeren juga konsepnya.
BalasHapusBisa sekalian memajukan ekonomi masyarakat setempat.
Bagus ya pasarnya..
BalasHapusUnik, bersih
Jajan disini pasti nggak kepanasan, banyak pohon euy
Aku baca nama daerahnya aja langsung terbayang kuah gula jawa, haha. Makanan jaman SD, Lempeng Juruh :D
BalasHapusAsyik ya mas kalo tempatnya rindang kayak gini. Cuaca yang panas jadi terasa sejuk. Btw, bisa aja nih nemu yang manis-manis buat jadi foto cover dan thumbnail video hahaha.
Wahhh serius konsep pasarnya keren nihh... Nah, yang seperti ini yang harus dilestarikan dan dikembangkan
BalasHapusUntuk bisa ikut serta jualan di tempat itu gimna ya..
BalasHapus