Kenapa Tumpeng Sewu?
Dalam syukuran tersebut, setiap masyarakat
Kemiren membuat tumpengan. Jika melihat data, sudah ada 3.000 kepala keluarga
di Desa Kemiren, sudah bisa dipastikan akan ada lebih dari seribu tumpeng yang
ada, sehingga prosesi ungkapan rasa syukur Desa Kemiren ini disebut Tumpeng
Sewu. Ada hal unik lagi selain jumlah tumpengnya. Lauk yang disajikan dalam
syukuran ini yaitu Pecel Pitik, makanan otentik dari suku osing yang berbahan
utama ayam kampung dan parutan kelapa. Selain itu, mereka akan makan bersama di
depan rumahnya, di pinggir jalan secara lesehan dan menyalakan obor yang
menambah syahdu suasana syukuran di desa Kemiren.
Seharian Di Desa Adat Suku Osing Kemiren
Setelah tahu, Di Desa Kemiren
akan ada Syukuran Desa Tumpeng Sewu, saya meluangkan waktu dan mengajak
beberapa teman yang suka sama acara desa. Dini, teman dari Semarang yang
kebetulan ada di Jember bisa ikut untuk melihat-lihat prosesi adat Tumpeng
Sewu. Untuk melihat prosesi adat Tumpeng Sewu, kita butuh meluangkan waktu
seharian di Desa Kemiren.
Mepe Kasur atau Jemur Kasur |
Pagi hari, masyarakat desa
Kemiren sibuk mengeluarkan kasur untuk dijemur. Yah mumpung cerah juga sih. Uniknya
kasur yang mereka jemur itu satu ragam, kasur kapuk berwarna merah hitam. Kasur
tersebut ternyata wajib dimiliki oleh setiap keluarga karena memiliki arti
khusus merah melambangkan keberanian dalam berkeluarga dan hitam berarti hidup
kelanggengan dalam rumah tangga. Bantal berwarna merah dan dijahit dengan
benang berwarna putih juga punya arti sendiri. Merah, darah merah dari ibu.
Putih, darah putih dari bapak. Menjemur kasur yang dilakukan masyarakat osing
di desa Kemiren melambangkan bersih keluarga. Sambil dijemur, kasur digebuk
berharap aura tidak baik yang ada dalam keluarga hilang bersama kasur tersebut
digebuk dan dijemur. Prosesi jemur kasur ini mereka sebut Mepe Kasur.
Bapak Abdul Karim dan Dini |
Bersamaan dengan Mepe Kasur
(Jemur Kasur), atap dapur dari beberapa rumah terlihat mengeluarkan asap karena
sedang memanggang ayam untuk dijadikan Pecel Pitik, yang nantinya dihidangkan
di syukuran Tumpeng Sewu. Kami mampir ke dapur milik pak Abdul Karim. Saat kami
kunjungi beliau sedang membakar ayam kampung cukup banyak bersama istrinya. Pak
Karim ini membuka jasa pembakaran ayam untuk diolah nantinya menjadi pecel
pitik. Cara pembakarannya sederhana, hanya menggunakan tungku kecil dan
berbahan bakar dari kayu bakar saja. Walau sederhana, proses pemanggangannya
harus teliti agar didapat ayam yang terpanggang sempurna. Bahkan ada waktu ayam
tersebut dimasukan ke dalam tungku yang bara apinya masih menyala agar sisi
yang belum terpanggang ikut matang. Pak Karim ini membuka jasa pemanggangan
ayam untuk prosesi tumpeng sewu, dan pada jam 9 pagi sudah dapat permintaan
untuk memanggang 125 ekor ayam. Jumlah permintaan tersebut bertambah terus
sampai sore hari. Memanggang 1 ekor ayam dihargai sebesar Rp.10.000 itu sudah
termasuk memotong ayam hingga pemanggangan.
Memarut Kelapa untuk Bumbu |
Untuk menjadikan pecel pitik,
ayam yang sudah dipanggang nantinya akan disuwir-suwir dan dicampur parutan
kelapa yang sudah dibumbui. Namun proses ini biasanya berlangsung sore hari
menjelang acara prosesi syukuran Tumpang Sewu dimulai. Sambil menunggu proses
itu kami mengisi waktu luang makan Nasi Tempong Wader Warung Putuk dan ke Air
Terjun Jagir untuk mensucikan diri karena kami belum sempat mandi :D. Air
Terjun Jagir letaknya cukup dekat dari desa Kemiren, sekitar 15 menit ke arah
barat.
Sore Hari Di Kemiren
Ayam yang sudah dipanggang diaduk bersama parutan kelapa yang sudah dibumbui |
Sekitar jam 4 sore, kami kembali
ke Desa Kemiren untuk mengikuti syukuran bersama dengan warga desa. Jalan-jalan
di desa sudah ramai, rasannya seperti nuansa lebaran dimana sanak saudara
kembali kumpul datang ke desa untuk mengikuti syukuran desa. Kasur khas
merah-hitam yang dijemur sudah berganti tikar. Terlihat beberapa pemilik rumah
juga sibuk mengeluarkan Tumpengan beserta lauk pauk yang salah satunya adalah
pecel pitik. Ada juga yang sengaja meracik pecel pitiknya di pinggir jalan,
sehingga jika ada wisatawan seperti saya yang datang bisa melihat cara
pembuatan pecel pitik. Menarik memang, ayam yang sudah dipanggang dipotong-potong
menggunakan tangan lalu ditaruh dalam wadah yang didalamnya parutan kelapa yang
sudah dibumbui khusus. Wadah tersebut diaduk dan diberi air sedikit agar
parutan kelapa bisa menempel pada ayam panggang.
Berkumpul bersama sanak saudara |
Saat menjelang magrib, masyarakat
desa kemiren sudah berkumpul depan rumah dan pinggir ruas jalan utama, hidangan
Tumpeng Sewu sudah lengkap. Saya menelusuri ruas jalan utama desa Kemiren dan
menemukan keramahan masyarakatnya. Bahkan beberapa kali memepersilahkan mampir
ke tempatnya untuk makan pecel pitik bersama.
Pawai Barong Kemiren |
Menunggu berdoa |
Setelah solat magrib, Barong
Banyuwangi melakukan pawai yang diikuti oleh pemuda yang membawa bara api untuk
menyalakan oncor (obor) yang ada di depan setiap rumah. Suasana desa mendadak
menyala hangat, beberapa anak kecil langsung antusias mendekati oncor yang
sudah menyala. Doa lalu berkumandang dari toa masjid untuk memimpin doa-doa
ungkapan rasa sukur selama setahun yang diberikan Tuhan kepada masyarakat
kemiren. Dan selesainya doa, dilanjutkan dengan makan bersama di pinggir jalan
atau di depan rumah. Saya suka sekali suasananya, ramai namun hangat. Walau
tidak kenal, masyarakat Desa Kemiren menyambut kami dengan ramah, bahkan sabar
menjawab pertanyaan kami lontarkan. Semoga tahun depan, bisa berjumpa lagi dan
menikmati Pecel Pitik, Kuliner khas kemiren dalam acara adat Tumpeng Sewu ini.
Setelah berdoa, Selamat Makan :) |
Kalau kalian tertarik gak untuk ikut gabung mengikuti prosesi Adat
Tumpeng Sewu di Desa Kemiren?
Makasih kakak Alan, udah diajakin ikutan upacara adat Tumpeng Sewu & makan pecel pithik bareng warga Kemiren. Seru!
BalasHapussama2 besok nyoba acara adat yang lainnya din
HapusIki menarik banget mas.
BalasHapusKulinernya yang jelas paling menyenangkan, pun dengan aktivjtas warga pas menjemur kasur.
Unik ya mas, kasurnya seragam gitu.
BalasHapusUpacaranya juga seru, btw, rasa pecel pithiknya gimana mas? Penasaran ama rasanya.