Banyuwangi tumbuh begitu cepat menjadi salah satu destinasi wisata. Memang
tidak bisa dipungkiri bahwa Banyuwangi mempunyai Potensi dari Bentang alam dan
Panoramanya menakjubkan dan bisa dibilang lengkap. Dari Gunung, Hutan bahkan
Pantai-pantai indah di sepanjang disepanjang
175,8 km dari ujung Utara hingga Barat. Dari sekian banyak potensi yang
ada, 10 (Sepuluh) Destinasi ini akan meninggalkan pengalaman dan kesan serta memuaskan
Jiwa Petualangan kalian.
1. Petualangan Seru Mendaki Kawah Ijen
pemandangan kawah ijen dari atas |
Mengawali Petualangan Seru di
Banyuwangi dengan mendaki Kawah Ijen yang berada di Gunung Merapi Ungup-ungup.
Kawah Ijen mempunyai fenomena alam yang hanya ada satu-satunya di Dunia yaitu
Api Biru. Pendakian untuk melihat si Api Biru di Kawah Ijen perlu dilakukan
pada dini hari. Sensasinya menyenangkan,
Menyelusuri jalan setapak menanjak, melawan hawa dingin sekaligus mengalahkan
diri sendiri. Pendakian Kawah Ijen dengan berjalan santai memakan waktu dua jam
hingga sampai Bibir Kawahnya. Butuh waktu 20 menit untuk sampai ke bibir kawah
jika kalian ingin melihat fenomena Api
Biru. Panorama Kawah Ijen saat matahari
perlahan-lahan terbit, memperlihatkan pesona Kawah Ijen dengan warna hijau
tosca. Banyak mata yang kulihat
terpesona keindahan Pagi Kawah Ijen.
2. Mandi Pagi Di Air Terjun Jagir.
Anak-anak sekitar mandi dan bermain di air terjun jagir |
Di Lereng Gunung Merapi
Ungup-ungup terdapat mata air dari bawah tanah yang mengalir sepanjang tahun.
Mata air tersebut jatuh kebawah tebing membentuk dua air terjun Kembar. Air
Terjun Jagir namanya. Air terjun ini terletak
di Desa Kampunganyar, Kecamatan Tamansuruh sekitar 30 menit dari pos pendakian
kawah ijen. Air dari sumber terjun
menuruni tebing yang ditumbuhi oleh banyak tanaman merambat, lalu air
tertampung sementara pada sebuah kolam semi alami yang dalamnya sekitar 1 (satu) meter. Airnya pun dingin dan
menyegarkan. Berendam dan mandi pagi di kolam semi alami air terjun ini rasa lelah
dan capek setelah Pendakian Kawah Ijen sekejap hilang.
3. Bercengkrama dengan Suku Osing Di Desa Kemiren
Perempuan Osing sedang Nyinang |
Main di Air Terjun Jagir tidak bisa
menghilangkan rasa lapar, bahkan jika meminum airnya hanya membuat perut
kembung. Tak perlu khawatir, di dekat air terjun Jagir terdapat sebuah
desa bernama Desa Kemiren. Desa tersebut
dihuni oleh Suku Osing yang merupakan Suku Asli
dari Banyuwangi . Di desa ini, masih terdapat rumah-rumah adat yang
masih bertahan, masih banyak penduduk yang menggunakan pakaian adat
sehari-harinya. Sapalah mereka, mereka ramah dan tidak sungkan mempersilahkan
para tamu berkunjung ke rumahnya untuk ngobrol lebih jauh. Kanan-kiri di ruas jalan
desa berbagai warung sederhana siap menyajikan makanan khas Suku Osing
Banyuwangi untuk sebagai pemadam rasa lapar. Cara memasaknya juga unik, masih
banyak yang mempertahankan cara tradisional dengan menggunakan kayu bakar dan
4. Tersesat di Hutan Misterius Sumber Manis.
Lorong Hutan Sumbermanis |
Di sebelah timur Desa Suku OSing
Kemiren, terdapat sebuah Hutan yang suasananya cukup misterius. Pohon-pohon
tinggi menjulang membentuk suatu jalan yang bisa dilewati utnuk masuk ke Hutan
jauh lebih dalam. Pada batang pohon besar tersebut tumbuh sejenis tumbuhan
merambat yang cukup rapat hingga
menutupi hampir keseluruhan pohon tersebut. Hutan ini jarang sekali terang,
rasanya awan selalu menghalangi cahaya yang masuk bahkan jika tercium aroma
Petricour yang menyeruak keluar dari arah dalam hutan selalu diikuti juga
dengan datangnya kabut secara perlahan-lahan.
5. Belajar Tentang Kopi di Desa Gombengsari
memetik kopi |
Desa Gombengsari terletak di
Lereng Gunung Merapi Ungup-ungup dimana di desa tersebut banyak yang berkebun
tanaman kopi. Ada 3 (tiga) jenis kopi yang tumbuh disini yaitu kopi Arabica,
robusta dan exlesa. Kopi-kopi dari desa Gombengsari enak bahkan kopi-kopinya
sudah dikirim ke daerah luar Banyuwangi. Dengan singgah di Desa Gombengsari,
kita bisa menperluas pengetahuan tentang Pengelolaan Kopi Tradisional Unik yang
masih dipertahankan, seperti pengupasan kulit buah biji kopi yang dilakukan
dengan cara ditumbuk menggunakan batu. Waktu berkunjung terbaik ke desa ini adalah
saat musim kembang kopi, selain bisa melihat pengelolaan kopi tradisional, juga
saat menyelusuri dan keliling desa ini, bisa menghirup aroma menyenangkan dari
semerbak bunga kopi menyeruak memenuhi atmosfer.
6. Menyapa Matahari di Pantai Cacalan
menanti matahari terbit berdua |
Banyuwangi terkenal dengan
julukan Sunrise of Java. Matahari yang terbit paling pagi di Pulau Jawa.
Menikmati Sunrise di Pesisir Pantai Banyuwangi adalah hal yang tidak boleh
terlewatkan. Dari banyak Pantai di dekat
kota Banyuwangi, Pantai Cacalan perlu dikunjungi terutama saat pagi hari. Hawa
sejuk dari angin pantai dan lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar menyejukan
hati. Duduk di pesisir pantai menikmati langit pagi yang perlahan-lahan
memerah. Menikmati angin sepoi-sepoi dengan bermain ayunannya, atau memesan
minuman hangat di salah satu warung yang sudah buka sebelum pagi.
7. Menikmati Kesejukan Air Terjun Telunjuk Raung
Air Terjun Telunjuk Raung berada di tengah hutan |
Selain Kawah Ijen, Gunung Raung
juga terkenal dengan Gunung Raung dengan kemegahan Kalderanya. Di lereng Gunung
Raung terdapat sebuah air terjun yang airnya mengalir dan jernih sepanjang
tahun. Walau berada di tengah hutan dataran tinggi, tracking menuju ke
air terjun telunjuk raung cukup ringan karena sudah ada jalan setapak dan tidak
perlu khawatir tersesat. Sesampainya di air terjun Telunjuk Raung, cobalah
berendam aliran sungai kecilnya, ada di sebuah kolam semi alaminya. Pejamkan
mata, rasakan dinginnya, rasakan sejuknya. Hutan yang terjaga selalu punya
kesejukan yang tiada tara.
8. Menyaksikan Alam Liar Pulau Jawa di Savana Sadengan.
Banteng liar di Sadengan |
Savana Sadengan, padang rumput
yang letaknya di tengah Hutan Konservasi Taman Nasional Alas Purwo. Savana
Sadengan menjadi habitat terakhir satwa-satwa liar di Jawa seperti Banteng,
Rusa, Ajag, Macan Tutul, Elang Jawa, Bangau Tong-tong dan berbagai jenis
burung. Pagi hari atau Sore hari adalah waktu paling tepat mengunjungi savana
sadengan, selain satwa liar sedang aktif mencari makan juga bisa merasakan
semilir angin sejuk yang bertiup dari tengah savana.
9. Hutan Lord of The Ring, De Djawatan Benculuk.
Djawatan Benculuk |
Hutan De Djawatan Benculuk dulunya merupakan tempat penimbunan kayu (TPK)
milik Perhutani sejak Indonesia masih dijajah Belanda. TPK tersebut ditanamni
oleh tumbuhan Trembesi yang mempunyai tipe tajuk berbentuk payung dan
meneduhkan. Bentuk tajuk pohon tersebut difungsikan sebagai pelindung kayu-kayu
yang disimpan di TPK tersebut. Seiring berjalannya waktu, pohon-pohon tersebut
tumbuh besar dan unik, pada batangnya tumbuh semacam tumbuhan paku seperti
rumput. Memasuki lorong jalan setapak di De Djawatan Benculuk seakan
membangkitkan imajinasi film Lord Of The Ring.
“Cepat masuk, berlindung ke dalam hutan para peri,
pasukan Orc mengejar”
Selain betah lama-lama untuk berfoto, tempat ini berhawa sejuk dan
meneduhkan beda sekali dengan hawa di luar hutan De Djawatan. Hawa sejuk yang
dirasakan merupakan Iklim Mikro yang diciptakan pohon-pohon Trembesi. Sambil
menikmati suasana teduh dan sejuknya, kita bisa menenangkan diri dari kejaran
pasukan Orc dengan memesan makanan dan minuman yang dijajakan oleh warga
setempat.
10. Mengantar Matahari Pulang di Pantai Pancur.
Senja di Pantai Pancur |
Walau tidak seterkenal Pulau Merah, pantai pancur merupakan pantai yang
mempesona. Terletak di pesisir hutan konservasi Taman Nasional Alas Purwo
Berpasir putih dan mempunyai butiran pasir gotri, pasir yang ukurannya lebih
besar dari butiran pasir biasa. Terdapat pancuran air yang berasal dari Goa.
Airnya cukup jernih dan mengalir sepanjang tahun dan bermuara ke lautan. Sore
adalah waktu yang tepat mendatang pantai Pancur. Suasana sejuk, jika pantai
sepi, sekelompok rusa yang ada di dalam hutan keluar dan berjalan menyelusuri
pantai. Bukit Hilal, bukit yang berada di sebelah timur pantai Pancur menjadi
spot indah menikmati Senja dan mengantar matahari pulang di ufuk Barat. Atau
bisa juga menikmatinya di pesisir pantainya, duduk di kayu-kayu pohon tumbang
yang terdampar sambil menikmati warna langit yang perlahan menjingga.
Banyuwangi mempunyai bentang yang lengkap untuk berpetualang. Bisa mendaki gunung,
masuk ke Hutan, atau belok ke Pesisir Pantai, bahkan masyarakat lokalnya selalu
ramah menyambut. Seperti tagline branding Banyuwangi “Jelajahi Banyuwangi, Anda
Pasti Kembali” memang sangat tepat, dengan menjelajahi Banyuwangi, kami kembali
lagi.
Tapi Benculuk tidak seindah kelihatannya. Memang pas kesana kemarin ada even dangdutan, miris karena banyak cabe dan terung yang bergumul di balik semak semak. Mungkin kesini pas weekdays lebih enak..
BalasHapusoiya, belum pernah ke pantai Cacalan. Soalnya kalo liburan kesini paling cuman ke rumah Budhe sama Bulek aja, gabisa jalanjalan cantik
Banyuwangi dulu padahal cuma jadi tempat lewatan kalau mau ke Bali, sekarang udah bisa berdiri sendiri.
BalasHapusbanyak banget yang sudah kamu explore mas. keren!
BalasHapusAku belum pernah eksplorasi Banyuwangi jadi senang nemu catatan kamu yang ini buat jadi referensi aku nanti ke sana...
BalasHapusUda 2x ke BWI masi aja ada yg blm kukunjungi ya. Ga ada habisnya. Hiks masa musti menempuh 40 tahun cahaya lg nih :(
BalasHapusTertarik untuk melihat keseharian Suku Osing ini.
BalasHapusMas Alan, untuk semua destinasi seru di Banyuwangi ini kira-kira butuh berapa hari? Jadi kangen banget Banyuwangi
BalasHapusDari 10, cuma 1 yang oernah dikunjungi. Rasanya benar, saya haraus kembali ke Banyuwangi
BalasHapusAKu baru tau tentang Suku Osing di Banyuwangi. Berarti mereka punya rumah adatnya sendiri ya?
BalasHapusaku belum pernah jelajah banyuwangi, pengen ah tahun 2019 ke sini
BalasHapus