Kapas-kapas ini berterbangan
di dasar suatu jurang daerah Pronojiwo Lumajang. Kapas-kapas ini menyejukan,
membasahi raga dan jiwa dua pemuda termakan usia yang mencoba menuruni jurang
sedalam kurang 100 meter. Melihat sumber kapas-kapas menyejukan, Air Terjun
Kapas Biru.
Trip ini dadakan sekali. Keinget
omongan si Rifqi Papanpelangi tentang omongannya minggu lalu akan main ke air
terjun di Perbatasan Malang-Lumajang hari sabtu pagi-pagi. Hari Jum’at pagi
langsung beli tiket kereta, Jum’at malam berangkat dari Banyuwangi ke Malang
Via Surabaya. Sesampainya di Malang, Kami meluncur ke arah Lumajang menuju Air
Terjun Kapas Biru.
Rute Ke Air Terjun Kapas Biru
dari Malang
Air Terjun Kapas Biru terletak di
perbatasan Kabupaten Malang dan Lumajang tepatnya di Dusun Mulyoharjo, Desa
Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Perjalanan dari
Kota Malang ke Air Terjun Kapas Biru menempuh lama perjalanan 2,5 Jam
menggunakan Motor. Rute ke Air Terjun
Kapas Biru cukup mudah tinggal mengikuti papan petunjuk arah ke Arah Lumajang
melewati kota Kepanjen – Gondanglegi – Turen – Dampit- Ampelgading dan terakhir
akan melewati perbatasan Malang dengan Lumajang, setelah melewati perbatasan
tersebut berarti memasuki Kecamatan Pronojiwo, nanti akan ada petunjuk arah ke
Air Terjun Kapas Biru yang menuntun kita sampai Parkir Kendaraan. Dengan
membayar Rp. 10.000/Orang dan Rp. 5.000/ Motor kita bisa memasuki kawasan
wisata Air Terjun Kapas Biru.
bis malang-lumajang |
Jika kalian dari Stasiun Malang,
Kalian bisa naik angkot kode G AG/GA jurusan Gadang. Dari Gadang kalian bisa
pindah bis kecil jurusan Malang-Lumajang bilang ke kondekturnya atau supirnya
ingin turun di Pronojiwo, atau sebut saja air terjun kapas biru. lebih baik
berangkat pagi-pagi dan pulang sebelum sore karena bis ini susah ditemukan saat
sore hari.
“Jalannya ke bawah sana, nanti kita tracking
ke bawah”. Kata Rifqi.
Saya percaya aja, kupikir
tracking ringan menuruni jalan turun ke bawah. Ternyata Tracking tersebut
menuntun kami menuruni sebuah Jurang yang cukup curam. Rifky berjalan di depan
dan tiba-tiba menghilang dari pandangan. Ternyata dia sedang menuruni Tangga
Vertikal karena memang tidak ada lagi jalan lain disana. Dari sini kaki mulai
gemetar lemas melihat curamnya jalan. Sebelah kanan adalah berupakan jurang
yang dibawahnya terdapat sungai yang dilalui Lahar Dingin Gunung Semeru.
Setelah berjalan kurang lebih 45 menit, deru air terjun Kapas Biru sudah
terdengar. Butiran sejuk yang terbawa angin seakan memberi sedikit tenaga
memacu kaki untuk makin mendekat sumber bunyi deru tersebut. Yah kami sampai di
hadapan Air Terjun Kapas Biru.
Air Terjun Kapas Biru berada di
tebing berwarna kecoklatan yang terlihat sangat Kontras. Air yang jatuh lalu
membentuk menuruni tumpukan membentuk seperti tangga lalu mengalir menjadi
sungai kecil. Saya mengerti kenapa Air Terjun Kapas Biru ini dinamakan
demikian. Air jatuh dari ketinggian kira-kira 100 meter dengan debit air yang
besar membuat buih-buih air yang cukup banyak, lalu dia terbawa angin. Rasanya
seperti melihat Kapas-Kapas beterbangan yang menyejukan. Jika cuaca sedang
cerah, sekilas terlihat rona warna biru di bawah air terjunnya sehingga air
terjun ini dinamakan Air Terjun Kapas Biru.
tangga vertikal ke arah kapas biru |
jembatan bambu menuju air terjun kapas biru |
Kami tidak menyangka, Air Terjun
ini cukup sepi, padahal kami datang siang dan pada hari sabtu lagi. kami hanya
menemukan 5 orang saja yang sudah lebih dulu tiba di air terjun kapas biru.
Saat ke-5 orang yang bermain sedang beristirahat di shelter dan bangku
sederhana yang dibuat pengelolanya. Kami coba lebih mendekat ke arah air terjun
untuk mengambil beberapa gambar dan menikmatinya. Butiran air yang pecah
setelah terjun dari ketinggian terbawa angin dan menerpa tubuh rasanya sangat
menyegarkan. Ahh. Menyegarkan sekali, kelelahan setelah tracking rasanya
hilang. Apalagi saat menghirup udara sekitar air terjun tersebut dalam-dalam,
jiwa raga seakan segar kembali :D.
istirahat di bangku sederhana di sekitar air terjun |
Datang ke Air Terjun Kapas Biru
lebih baik membawa perbekalan, minimal air minum dan permen. Saat nanti kembali
pulang sampah lebih baik dibawa kembali ke atas parkiran, karena di dekat air
terjun belum ada sistem pengelolaan sampah yang baik. Beberapa saya liat,
sampah berserakan begitu saja di tempat pembuangan sampah. Dan datang ke air
terjun ini harus kuat fisik karena trackingnya cukup melelahkan, apalagi saat
kembali pulang ke parkiran.
Tertarik ke Air Terjun Kapas Biru
kan?
Horeeee nampang! Hahaha. Ciye gemetar ya kakinya wkwkwk. Kapan-kapan ke tetangganya, Kabut Pelangi.
BalasHapusSerius ada Kabut Pelangi?
HapusBagus banget curugnya. Sebagai curug Lovers kepengen deh. Cuman liat tangga vertikal agak pusing ya
BalasHapusMembaca tracking turun ke air terjun ini, hahaha, kakiku ikut gemetar Mas. Noted. Ini air terjun bukan untuk tempat mainnya ibu-ibu berusia seperti aku :-):-)
BalasHapusEdun, kaki ikutan gemetar ngelihat medannya.
BalasHapusAduh tadinya mupeng banget pengen ke air terjun lalu melihat foto tangga vertikal dan paha gemetaran kok batal haha
BalasHapusDuh, itu jembatan vertikalnya kok bikin jiper? Bener kata mba Evi, mamak model aku bakalan skip yg kayak giniih haha
BalasHapusSungguh tidak ramah balita ya rutenya ahahahaha. Tapi akses sulit gpp ding, biar nggak terlalu rame, biar orang mikir-mikir dulu kalau mau pergi ke sini.
BalasHapusLumayan juga ya dari Mlang 2.5 jam. Aku pingin ke Malang jugaa... pingin nyurug juga. Tapi kayanya musti pemanasan olahraga sik misal kaya gini medannya :p
BalasHapusPas baca tentang air terjun ini, aku jadi mikir sendiri, udah lama juga ya aku gak main ke air terjun. Hmm..harus dituntaskan nih.
BalasHapusKalau letaknya di perbatasan Malang - Lumajang, bersrti air terjun ini tidak jauh dari Tumpak Sewu dong, mas?
BalasHapus(((dua pemuda termakan usia)))
BalasHapustos!
Kadang perjalanan dadakan itu terasa lebih menyenangkan, ya. Karena nggak diduga-duga.
Aku kayaknya mending menghadapi tangga vertikal seperti itu daripada medan miring dari tanah atau kerikil yang licin. Mungkin karena masih anti-mainstream jadi masih jarang yang tahu.
Penasaran melihat "kapas-kapas" itu dari atas, mas.
Membayangkan menuruni tangga vertikal itu rasanya lutut akan gemetar. Tapi dengan janji-janji sejuknya Air Terjun Kapas Biru, sepertinya aku bisa saja melupakan lutut yang gemetar
BalasHapusHahaha ga bayangin baliknya juga :(
BalasHapusLebih seger datangnya pas musim kemarau kayaknya ya ? kalo musim hujan gini keruh gak airnya ?
BalasHapusMas Nobi, makasih udah share cerita air terjun ini
BalasHapusAku mau mengulas juga di blogku.
Terus aku mau ijin ambil salah satu foto di sini, yang gambar jembatan. Soalnya aku gak sempat foto waktu itu, hehe
Makasih yaa...
monggo silakan mba :D
Hapusbayar guide berapa yaa
BalasHapus