|
Muka depan Pabrik Gula Colomadu |
Daerah Solo dan
sekitarnya mempunyai peninggalan sejarah dan bangunan masa lampau yang cukup
banyak. Salah satunya adalah Pabrik Gula Colomadu yang terkenal terutama
dikalangan Asia sebagai Pabrik Gula terbesar Se-Asia. Pabrik Gula Colomadu
belakangan ini jadi pembicaraan hangat karena telah menjadi tujuan destinasi
warga Solo dan sekitarnya karena proses Revitalisasi Pabrik Gula Colomadu sudah
hampir selesai.
De Tjolomadoe
adalah nama baru bagi Pabrik Gula Colomadu pasca revitalisasi yang
dilakukan oleh sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di antaranya PT
Pembangunan Perumahan (PP), PT Perkebunan Nusantara, PT Taman Wisata Candi
(TWC) Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko serta PT Jasa Marga Properti. Pasca Revitalisasi tersebut Pabrik Gula
Colomadu akan menjadi destinasi wisata heritage dan Sejarah Baru di Solo Raya.
Sejarah Pabrik Gula Colomadu
|
Pabrik Gula Colomadu sebelum Revitalisasi |
Pabrik Gula Colomadu ini dibangun oleh Mangkunegaran IV dengan mengeluarkan 400.000 Gulden. Awal pembangunan dibangun Pada hari Minggu, 8 Desember 1861. Pada tanggal tersebut dilakukan peletakan batu pertama oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman bernama
R. Kampf yang diperintahkan oleh Mangkunegaran IV untuk membangun pabrik gula tersebut. Pabrik Gula tersebut diberi nama Colomadu, nama jawa yang memiliki arti Gunung Madu. Nama itu mengandung makna harapan agar kehadiran pabrik gula menjadi simpanan kekayaan dalam bentuk gula pasir yang menyerupai gunung. Pada tahun 1862 Pabrik Gula Colomadu mulai berproduksi. Pabrik Gula Colomadu telah berorientasi ke masa depan karena menggunakan instalasi standar pabrik gula di masa itu. Hasil panen tahun pertama perkebunan tebu seluas ±95 hektar mampu menghasilkan ±3.700 kuintal gula
Rute Menuju Pabrik Gula Colomadu
Kemarin saya
berkesempatan mampir sebentar ke Solo untuk jalan-jalan ke Pabrik Gula
Colomadu. Secara administrasi wilayah, Pabrik Gula Colomadu masuk dalam
Kabupaten Karanganyar tepatnya di Jalan Adi Sucipto No.165, Malangjiwan,
Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Namun Letak pabrik Gula ini tidak
jauh dari Stasiun Purwosari atau Bandara Adi Soemarmo, Solo (sekitar 15-20 menit).
Kalian bisa taxi, ojek baik konveksional maupun online. Jika kalian
kendaraan umum dari arah Klaten atau Boyolali bisa turun di pertigaan Tugu Kartosuro
lalu cari ojek yang bisa mengantarkan kalian ke Pabrik Gula Colomadu. Untuk
saat ini memasuki area Pabrik Gula Colomadu baru dipungut biaya parkir kendaraan
saja, untuk masuk ke dalam Pabrik Gula ini belum dikenakan biaya karena masih
ada beberapa area pabrik yang masih dalam proses revitalisasi. Namun setelah
area Pabrik Gula Colomadu sudah selesai 100% akan dipungut biaya masuk yang
jumlahnya masih belum diketahui.
|
taman depan Pabrik Gula Colomadu |
Dilihat dari luar
Bangunan De Tjolomadoe sangat menarik, halaman depan terdapat tulisan besar De
Tjolomadoe sebagai indentitas dan landmark tempat tersebut. Masuk kedalam ada
taman yang cukup luas dengan bangku dan lampu taman bergaya eropa. Sayangnya
saya datang sore hari sehingga tidak melihat temaram lampu taman depan Pabrik
Gula Colomadu. Di samping bangunan utama terdapat taman bunga kecil dan parkir
kendaraan mobil dan motor yang cukup luas. Pengelola dan pengembang De
Tjolomadoe ini sudah memprediksi bahwa destinasi wisata ini akan ramai
dikunjungi.
|
Landmark tulisan di depan |
|
Stasiun Gilingan |
Bagian dalam pabrik
Gula setelah revitalisasi cukup
megah. Bagian dalamnya dibagi dalam beberapa ruangan yang disebut Stasiun. Stasiun tersebut bernama Stasiun Gilingan, Karbonatasi,
Ketelan, dan Penguapan. Penamaan stasiun-stasiun tersebut mengikuti mesin yang
ada di lokasi stasiun tersebut. Mesin-mesin yang ada di Stasiun tersebut juga
ikut direvitalisasi kembali lalu dicat kembali dengan warna silver. Namun ada
beberapa bagian mesin yang tidak dicat dan dipertahankan warna kuning dengan
bercak karatnya sebagai bukti bahwa pabrik gula ini telah ada sejak tahun 1861.
|
Stasiun Penguapan |
|
pintu masuk stasiun Ketelan |
|
Basali Cafe |
Stasiun-stasiun tersebut juga tidak sepenuhnya semua berisikan
mesin-mesin pembuat Gula. Pada stasiun Gilingan terdapat area informasi berupa
foto-foto Pabrik Gula sebelum dan sesudah revitalisasi. Pada Stasiun
Karbonatasi menjadi pusat oleh-oleh dan kerajinan, Stasiun Ketelan terdapat street
food yang menjajakan makanan dan minuman, juga terdapat semacam aula untuk
memamerkan karya. Stasiun Penguapan dengan mesin penguapan yang sangat tinggi
dan besar, disisi lain dari mesinnya terdapai kedai kopi “Tjolo Koffie dan di
ruang sebelah Stasiun Penguapan ini terdapat Besali Café yang mempunyai
kapasitas dan ruangan cukup luas untuk menampung banyak pengunjung. Bentuk
Cafenya yang berletter U membuat saya mebayangkan, apa tempat ini adalah tempat
para pekerja untuk istirahat dan mengambil jatah makan mereka. Pada stasiun
Penguapan juga terdapat Concert Hall yang megah. Sayangnya pada saat itu
ruangan ini tidak dibuka sehingga hanya bisa melihat pintunya saja.
|
Taman Samping Gedung Pabrik Gula Colomadu |
De Tjolomadoe atau Pabrik Gula Colomadu ini layak sekali kalian kunjungi
baik untuk tujuan wisata pendidikan dan sejarah maupun wisata foto-foto karena
arsitektur Pabrik Gula Colomadu sangat asik buat foto-foto. Saya
merekomendasikan untuk datang sore hari karena cahaya matahari tidak terlalu
terik sehingga bisa foto-foto di halaman depan dengan latar belakang bangunan
Pabrik Gula Colomadu.
Untuk menuju menjadi wisata pendidikan dan sejarah, pihak pengelola
pastinya harus menyediakan papan informasi, media Interaktif dan pemandu yang
bisa menjelaskan setiap sudut dari Pabrik Gula ini sehingga pengunjung selain
mendapatkan kesenangan juga mendapatkan ilmu pengetahuan baru seputar Pabrik
Gula Colomadu.
|
thank sudah menemani ke De Tjolomadoe |
Senang sekali, ketimbang dibiarkan jadi sarang hantu, akhirnya bekas pabrik gula Colomadu dirombak jadi destinasi wisata sejarah. Iya kalau dilengkapi dengan guide atau informasi tentunya tempat tersebut akan jauh lebih hidup ya
BalasHapusKira-kira kenapa Colomadu akhirnya ditutup ya Mas Alan? Kehabisan sumber tebu atau beralih kepemilikan?
BalasHapusKalau cerita-cerita dari bekas karyawan pabrik-pabrik gula lokal. Katanya kesulitan bahan baku, sedangkan kalau import jatuhnya lebih mahal produksinya.
HapusDuh dari dulu kalau lewat Madiun dan sekitarnya pengen foto2 Pabrik Gula. Bangunannya unik dan jadoel. Cuman ga berani masuk. Ternyata ada musiumnya di Solo. Dimasukin bucket list dulu buat destinasi kalau main ke Solo lagi
BalasHapusWah aku baru tahu ada destinasi wisata baru pabrik gula di colomadu :)
BalasHapusNanti kalo ada kesempatan kesana, aku lihat artikelmu ini ah..
Cheers,
Dee - heydeerahma.com
wah patut dikunjungi wisata edukasi spt ini
BalasHapusNah, tempat wisata edukasi seperti ini memang perlu diperbanyak.
BalasHapusPenempatan Besali Cafe itu bukan untuk pengunjung ya mas?
ya allah aku rencana terus mas ke sini gak pernah kesampaian
BalasHapuspenasaran sama heritagenya
apalagi stasiun gilingannya
dulu pernah PKL di satu PG tapi gilingannya baru gak seeksotik itu
keren mas
Wah noted nih kalau ke Solo kudu mampir sana. Apa pabriknya masih beroperasi mbak? Atau hanya udah jd "museum" gtu?
BalasHapusDuh maaf salah sebut, maksudku "MAS" ^_^v
BalasHapusJadi keren banget setelah revitalisasi, beneran. Tapi tiket masuknya belum ngerti ya Mba?
BalasHapusRp. 25.000 per orang
Hapusnjirr keren banget sekarang colomadu euy
BalasHapusNo telp yg bisa dihubungi berapa ya?
BalasHapusJadi pingin kesana,,,,,educatif dan refresh tentunya
BalasHapusInsha Allah, saya san teman2 karyawan eks tunggul sakti semarang, akan berkunjung ke sana tgl 15 desember 2019. Semoga bisa terwujud... Aamiin
BalasHapusInsha Allah, saya san teman2 karyawan eks tunggul sakti semarang, akan berkunjung ke sana tgl 15 desember 2019. Semoga bisa terwujud... Aamiin
BalasHapus