Kalian ingat, pantai
terindah yang pernah kita kunjungi bersama sewaktu di Jember.
Iya, Pantai Papuma 8
tahun yang lalu. Pantai yang membuat betah memandangi ke arah luasnya lautan,
berjalan menyisiri pasir putih halusnya. Kadang melihat kebawah untuk
mengumpulkan kerang yang terdampar ke dalam botol air mineral bekas. Sayangnya
dulu kita harus pulang karena harus mengejar bis malam dan tidak sempat melihat
fenomena senja menyenangkan di Pantai Papuma.
Sore ini aku di Papuma
untuk melihat senja menyenangkan itu.
Begitulah ucapku dalam hati.
Begitulah ucapku dalam hati.
Pantai Papuma berada Desa Lojejer
Kecamatan Wuluhan sekitar 1 jam lebih perjalanan dari kota Jember. Ternyata nama
Pantai Papuma merupakan dari Pasir Putih Malikan. Dinamakan Malikan karena ada
batu-batu yang bisa berbunyi khas saat terkena ombak. Seorang warga setempat menjelaskan
Batu Malikan tersebut bentuknya berupa karang-karang pipih yang mirip seperti
sebuah kerang besar yang menjadi dasar sebuah batu karang besar.
Panorama pantai Papuma |
Pasir pantai Papuma berpasir
putih, ada yang lembut ada juga yang agak kasar. Di ujung sebelah kanan pantai
terdapat bukit dan karang-karang. Bukit dang karang tersebut sepertinya menyatu
dengan bukit karang yang ada di tengah laut. Totalnya ada 7 bukit karang yang
diberi nama dengan tokoh pewayangan yaitu Batara Guru, Kresna, Narada, Nusa Barong, Kajang
dan Kodok. Jika melihat alam sekitar Pantai Papuma ini hutannya sangat terjaga.
Pantai dan Hutan tersebut dikelola dan dilindungi oleh Perum Perhutani dan
hutan yang saya lihat tersebut masuk dalam kawasan Hutan Lindung.
senja dari tepian pantai |
Pantai Papuma sore ini ternyata
ramai, beda sama 8 tahun lalu hanya kami yang berkunjung disana. Benar kata
teman saya kalau Jember makin rame terlihat banyak keluarga dan bahkan muda
mudi sedang bermain di pasiran, sesekali berfoto ria mengabadikan momen main
mereka di pantai Papuma. Yah memang, saat ini Pantai Papuma menjadi salah satu
destinasi wisata Jember favorit walaupun letaknya jauh tetap saja ramai dikunjungi
terutama di hari libur.
ombak yang menari |
Hari makin sore, matahari makin
turun mendekati garis imajiner cakrawala. Saya yang masih asik mengenang 8
tahun di pantai Papuma, mulai beranjak menuju ke arah bukit karangnya. Saya
mulai hati-hati melangkahkan kaki menginjak batuan karang yang cukup licin atau
mungkin sendal nya licin karena sudah basah terkena air laut. Saya berdiri dia
atas batu karang dan terlihat bukit karang paling dekat dengan bibir pantai. Saya melihat ombak menari-nari disini,
menabrak karang, belok mengikuti celah karang namun saat hendak kembali
kelautan, gerombolan ombak datang lagi dan membawa ombak sebelumnya juga
kembali menari di antara celah batuan karang.
pemandangan senja dari balik pepohonan |
Saya kembali ketepian, memilih duduk bangku yang terbuat dari batang pohon terdampar. Memandangi warna langit senja yang mulai memerah lalu perlahan pudar dan menggelap. Banyak pengunjung yang sudah pulang membawa kisahnya sore ini masing-masing.
Kalian taukah kisah cerita rakyat
Jember mengenai Pantai Papuma ini. Kalian ingatkan Batu Malikan yang
kuceritakan diawal tadi. Batu Malikan konon merupakan tempat di mana Raden
Mursada dan Mursaud (menurut versi lain ada yang bilang Marsudo dan Joko
Samudera) memancing. Di atas batu itu, Mursada tak sengaja memancing ikan ajaib
Raja Mina yang kemudian ia lepaskan. Di situ pula kail Mursaud tersangkut ular
raksasa. Ular tersebut kemudian dibelah menjadi tiga bagian oleh Mursada dengan
cemeti pemberian Raja Mina. Dalam versi lain Raja Mina yang meminta Mursada
untuk melawan ular raksasa tersebut dan memberi Cemeti. Dipukulah ular tersebut
2 kali dan terbelah tiga bagian. Katanya kepalanya berada di laut selatan
Banyuwangi, nelayan setempat menyebutnya Pulau Mustaka, Ekornya berada di
Pacitan dan Tubuhnya berada di Pantai Watu Ulo sebelahnya pantai Papuma.
Terbayangkan sebesar apa Ular itu.
Iya, terpisah menjadi tiga bagian seperti kita saja, satu di Banyuwangi, satu di Jogja,
dan satu di Jambi. Seperti yang dijelaskan pada akhir mitos, suatu hari ketiga
bagian tubuh ular raksasa tersebut akan kembali menyatu. Jadi kapan kita reunian kembali.
di Banyuwangi - di Jogja- di Jambi |
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh
Papuma sama Watu Ulo itu beda kan ya? Aku dulu taunya di Jember ada Pantai Watu Ulo. :D
BalasHapusKeren banget kayaknya menikmati senja disitu gan hehe
BalasHapusAku berkali-kali ke sini tapi belum pernah dapet sunset bagus.
BalasHapusAku bulan lalu blogwalking dan baca pantai lain lagi di Jember. Ada bukitnya dan bisa lihat pulau aga gitu. Apa dekat sama tempat ini mas?
BalasHapusBelum sempat mampir ke Jember sama sekali dan baru tahu kalau Papuma itu singkatan :)
BalasHapusKipa gan foto-fotonya.
BalasHapusPantai nya bagus banget jadi ingin kesini:)
BalasHapusKenangan tak terlupakan pastinya :)
BalasHapuseh, Suka banget lihat foto ombak menari-nari di atas karang
Kemarin baca tentang pantai payangan dari blog teman, sekarang baca tentang papuma. Ternyata wisata jember cakep2. Andaikan pernah ke jember pasti aku juga ikut nih lomba. Sayang belum pernah. Huhu
BalasHapusbesok2 diagendakan mba, jember asik buat dikunjungin
Hapuswah nostalgia nih ceritanya ya, Lan. reunian lah :) Tengkyu udah ikutan :)
BalasHapus