“Priiitttt...Dua langkah ke kiri..” lantang seorang pria tua yang
akhirnya saya ketahui klo di seorang pemimpin di tarian Jalantur. Tari Jalantur
terdiri dari dua puluh orang penari pria yang dibagi menjadi dua kelompok,
dengan rata-rata umur relatif tua, serta membawa peralatan-peralatan seperti Ada yang membawa sebilah pedang yang sudah
karatan, tongkat, ada yang naik kuda lumping dan ada pula yang membawa bendera
warna merah dan putih. Busana yang dipakai para penari ini menggunakan seragam
khas prajurit dilengkapi beragam asesoris seperti sampur, jarit, tagen, keris
dan slayer leher. Namun begitu, ada yang membedakan antara seragam senopati dan
penari yang lain. Para senopati ini memakai kuluk dan menggunakan pedang
sementara prajurit lain menggunakan tombak dan penthungan kayu. Para senopati
ini juga membawa jaran kepang. Alat musik pengiringnya sederhana hanya
terdiri 3 "bende" gong kecil dengan nada berbeda.
Kesan pertama saat menyaksikan tarian ini
mirip dengan latihan baris berbaris karena tarian ini awalannya dipimpin oleh
seorang pemimpin yang memberi aba-aba dan kadang diminta para penari diperintah
untuk membentuk sebuah huruf. Hal itulah kenapa tarian ini dinamakan tari
Jalantur yang artinya “Jalan Diatur”. Sejenak
setelah para penari melaksanakan aba-aba dari pemimpin tersebut, dua kelompok
tersebut saling berhadapan (kelompok satu dengan bendera merah, kelompok
satunya dengan bendera putih) dan melakukan gerakan tarian peperangan. Gerakan tari
perang yang sederhana dan terdapat unsur kelucuan.
Setelah tarian ini selesai, saya
mencoba bercakap-cakap dengan para penari dan sesepuhnya di belakang panggung. Menurut
mereka tarian ini sudah ada sejak tahun 60an, jaman dimana saya belum lahir
tentunya hehe. Dan ternyata tarian ini merupakan tarian yang bersejarah khususnya
di kawasan gunung Merapi-Merbabu. Dulu di kawasan Gunung Merapi-Merbabu
terdapat kelompok begal/perampok yang melakukan aksi perampokan dan tidak
segan-segan melakukan aksi pembunuhan. Kelompok begal yang meresahkan warga ini
menamakan dirinya Merapi-Merbabu Complex (MMC). Lalu para tokoh masyarakat
kawasan Merapi-Merbabu khususnya Kelurahan Tlogolele, Gowok Pos, Klakah, dan
sekitarnya memprakarsai untuk membentuk kelompok kesenian Jalantur. saya pun
sempet bingung, kelompok kesenian bisa meredakan kelompok MMC tersebut. ibarat
kata kejahatan dilawan dengan kesenian. Lalu mereka menjelaskan, dengan adanya
kelompok kesenian ini masyarakat kawasan Merapi-Merbabu saling mengenal
satusama lain. Para anggota Merapi-Merbabu Complex pun ada yang turut masuk
kedalam kelompok kesenian ini. Hal saling mengenal antar warga inilah yang
meredakan gerakan MMC yang meresahkan tersebut. dan perlahan kawasan
Merapi-Merbabu kembali Aman :) #Happy Ending deh ^^
durung tau nonton lan :|
BalasHapus