Siang itu cuaca terik, namun tak
mengalahkan prajurit-prajurit dari tiap perdukuhan-perdukuhan Pandowoharjo
untuk melakukan Kirab Sadran Agung Bregodo Gito-Gati, begitupula para
penonton yang antusias menyaksikannya. Gito-Gati ini merupakan kakak-adik
(saudara kembar) yang dikenal sebagai pelaku seni tradisi, pemain ketoprak dan
dagelan, serta dalang wayang kulit. Kirab Budaya Sadran ini diadakan selain untuk
mengenang dan mewarisi keteladanan Ki Sugito (Gito) dan Ki Sugati (Gati) juga untuk
melestarikan budaya Jawa.
Kirab Sadran Agung sudah
dilaksanakan pada tanggal 5 Juli kemarin
di dusun Panjangan, Pandowoharjo, Sleman tepatnya di padepokan Gito-Gati. Disebut
sadran agung karena acara ini dilakukan dari 11 perdukuhan di Pandowoharjo. Acara
kirab ini diadakan bersamaan dengan pekan budaya Gito-Gati yang menampilkan
berbagai macam pertunjkan seperti Ketoprak, Jathilan, wayang serta adanya pasar
malam dan wahana permainan khasnya. Sebelum kirab dimulai, dilakukan upacara
terlebih dahulu sekaligus peresmian Padepokan Gito-Gati oleh bupati Sleman. Seusai
upacara alunan alat musik jawa langsung berbunyi, penonton mulai tumpah ruah
secara rapi di sisi-sisi jalan. Masing-masing prajurit dari 11 perdukuhan Pandowoharjo
terlihat telah mengangkat nasi tumpeng dan gunungan yang akan diusungkan saat
kirab berlangsung. Kirab ini dilakukan dari Padepokan Gito-Gati melewati menuju
makam Turbomulyo sejauh 5 km.
Sesampainya di makam
Turbomulyo,nasi tumpeng dan gunungan pun diletakan rapi dipelataran. Warga
Perdukuhan Pandowoharjo telah memadati areal makam ini. Disinilah puncak acara
Nyadran (Sadran) yaitu doa bersama untuk orang-orang terdahulu yang dipimpin
oleh pemuka-pemuka agama setempat. Kemudian ditutup dengan kenduri bersama di
areal makam, para ibu-ibu mulai sibuk menyiapkan dan membagikan nasi tumpeng
dan makanan lainnya yang dibawa ke makam.
Tradisi Nyadran berbeda tiap
daerah, namun menurut saya tradisi ini mempunyai makna yang sama yaitu
mengingat para pendahulu, mengingat dan menelisik silsilah keluarga. Selain itu
tradisi ini juga sebagai refleksi diri atas kehidupan kita sebagai manusia. dan
menyadari tak ada kehidupan yang abadi.
wah ra ajak2 :(
BalasHapusyang benar makam katusbomulyo mas
BalasHapusmakasih mas sudah atas info dan ralatnya :)
HapusNamun gara gara pandemi kegiatan budaya bergodo terhenti
BalasHapus