Mie "Lethek" namanya. Nama lethek berasal dari kenampakan mienya yang kotor, warnanya kusam. Namun pada proses pembuatannya mie ini sangatlah bersih, dengan cara yang unik dan tradisional dan rasanya sangat khas jika mienya sudah matang dimasak. Mie "Lethek" ini menjadi salah satu kuliner khas bantul yang wajib dicicipi ketika anda berada di kawasan Jogja, khususnya daerah Bantul. Salah satu keunggulan mie berbahan dasar tepung singkong dan gaplek tersebut.
Kali ini saya penasaran ingin melihat-lihat pabrik mie lethek ini, penasaran dengan proses pembuatannya yang bisa dibilang sangatlah tradisional dan unik. Pabrik mie ini terletak di dusun Bendo, Srandakan, Bantul Yogyakarta, sehingga karena alamatnya mie ini juga dikenal dengan sebutan mie Bendo. Untuk sampai ke pabrik ini cukup mudah, anda hanya tinggal memacu kendaraan melewati jalan raya Bantul sampai perempatan pabapang ambil kanan (ke arah barat) lalu lurus terus sampai ada lingkaran jembatan srandakan ambil jalan kekanan. Ikuti jalan tersebut sampai melewati mesjid kedua. Sebelah mesjid tersebutlah pabrik ini berdiri. Usaha pembuatan mie lethek ini telah ada sejak tahun 1940-an dan yang melatarbelakangi berdirinya yaitu sebagai pembukaan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar pembuatan mie lethek ini.
Keunikan dari mie ini bukan hanya namanya, tapi juga proses pembuatannya yang tradisional dan unik. salah satunya yaitu menggunakan tenaga sapi untuk membuat dan meratakan adonan. Oven untuk memanaskan/memanggang adonan serta mienya menggunakan oven tradisional dengan bahan bakar dari kayu bakar. Proses pengeringannya pun dijemur menggunakan menggunakan teriknya sinar matahari langsung.
|
Penggunaan Tenaga Sapi untuk membuat, mengaduk adonan mie |
|
setelah adonan jadi, adonan dipress dgn mesin khusus agar menjadi mie |
|
setelah dipress mie dipanaskan dgn oven lalu didinginkn semalaman |
|
setelah didinginkan mie direndam lalu dijemur terik matahari |
|
penjemuran dari sinar matahari langsung |
|
setelah kering dijemur. mie ditata, dikemas, siap dipasarkan |
Setelah puas melihat proses-proses pembuatan mie lethekl ini saya pun penasaran bagaimana rasa mie ini jika sudah matang. Esok malamnya saya mencoba menjelajahi pelosok Bantul demi mencicipi cita rasa mie ini. Usaha pertama saya yaitu menanyakan kepada teman-teman asli Bantul namun hasilnya nihil. Usaha kedua mencoba mencarinya di internet ternyata ada salah satu sumber yang menyatakan ada penjual bakmi yang menjajakan bakmi lethek ini di pasar Mangiran. Meluncurlah saya kesana, namun disela perjalanan mata saya tidak berhenti melirak-lirik pinggir jalan berharap ada yang jual bakminya, sehingga tidak jauh sampai pasar tersebut tapi hasilnya juga nihil. Sampai di pasar ternyata warungnya "Prei" (Libur). Sedikit lemas semangatku ketika mendengar kata "Prei" tersebut karena teranca akan pulang ke Jogja lagi dengan Perut Kosong. Saya coba menanyakan lagi kepada warga sekitar, Alhamdulillah ternyata beberapa ratus meter ada yang jual bakmi ini. Rasa bakminya ternyata memang berbeda dari yang lain. Menurut lidah dan indra perasa saya, mienya saat dimakan lebih kenyal dan ada rasa kuah yang membedakan bakmi jawa dan bakmi ini. Anda harus mencobanya :)
|
mie lethek yang sudah matang. mie+teh gula batu=8rb saja |
Hmm... kalo yang ini pernah lihat liputan pembuatannya di TV, tapi tetap aja penasaran pengen nyobain :9
BalasHapusMie Tradisional yang sampai sekarang masih bertahan ..
BalasHapusrasaya g jauh beda sama yang udah modern ..
wooo itu dekat tempat ku,,,hehehe :D
BalasHapusnitip 3bungkus bsa gak?
BalasHapuskeren banget foto2nya :D
BalasHapusalamat pembuatannya dimana ya?
BalasHapusKalau hendak nyobai makanlah di Warung Mi Lethek Bantul Mbah Mendes di Jl Ringroad Utara (kulon LotheMart), Tajem, Meguwoharjo. Anda bisa lihat blog kami di www.mielethek.blogspot.com
BalasHapusNgelihat cara pembuatannya itu lo... Hahahaha. Mantap!!!
BalasHapusKak Nobi, lingkaran jembatan itu, apa jembatan kulonprogo?, yang bila ke arah kiri maka akan sampai Pantai Pandansimo...
BalasHapus