Ibu Sogita, Pembuat Kue Kembang Waru |
Kembang Waru yang saya tulis bukanlah tentang bunga pohon Waru tapi tentang Kue Kembang Waru yang merupakan salah satu kue khas Kota Gede selain Kipoh. Yah memang awal mula kue ini terbentuk karena kebradaan pohon Waru yang banyak berdiri di Kota Gede hingga sekarang. Keberadaannya kini sudah tidak ditemukan di warung-warung, biasanya ditemukan di acara-acara tertentu salah satunya adalah acara pernikahan. Dulu Kue ini dibuat untuk persembahan kepada raja-raja Mataram ketika ada di kota gede namun setelah masa perang kue ini menghilang dan beberapa puluh tahun kue ini muncul kembali sebagai hidangan untuk pernikahan. Sempat hilang lagi dan pada tahun 1984, pak Basis memunculkan lagi tradisi kue Kembang Waru ini sebagai usaha. Dibantu istri tercintanya, bu Sogita menjalani usaha kecil-kecilan dimulai dengan harga perkuenya Rp.45,- hingga kini menjadi Rp.1000,- perkuenya. Dulu kue tersebut biasanya dititipkan diwarung sekitar rumahnya namun kini ibu Sogita dan pak Basis hanya melayani pembeli lewat pesanan saja,karena jika kue tersebut dititipkan ke warung dan di produksi secara berlebih mereka khawatir mereka akan merugi karena kue ini tak laku dijual.
Menurut mereka, di Kota Gede terdapat 6 keluarga yang masih membuat kue Kembang
Waru. Mereka ini mempunyai perkumpulan yang totalnya ada 26 anggota yang
terdiri dari pembuat kue, penyedia bahan seperti telur, terigu, susu sampai
dengan penyedia arang. Perkumpulan ini berkumpul setiap bulannya pada tanggal 1
dan tanggal 15. Perkumpulan ini telah mendapatkan dukungan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Jogja dan sering kali mereka mendapat
bantuan modal.
Proses pembuatan kue Kembang Waru pun dilakukan dengan cara tradisional dan sederhana. Alat pemanggang kue pun bentuknya unik, mereka menyebutnya “pan” ini masih menggunakan arang yang diletakan diatas dan di bawah pan tersebut. Walaupun cara membuatnya sederhana dan tradisional, menurut saya pribadi kue ini cocok untuk lidah semua kalangan. Rasa empuk, manis dan renyah langsung terasa ketika saya mencicipi kue ini. Jika pembaca ingin memesannya bisa langsung datang ke rumah bu Sogita dan pak Basis di Bumen, Kota Gede, Yogyakarta atau bisa menghubungi nomor telponnya (0274)2611021.
Proses pembuatan kue Kembang Waru pun dilakukan dengan cara tradisional dan sederhana. Alat pemanggang kue pun bentuknya unik, mereka menyebutnya “pan” ini masih menggunakan arang yang diletakan diatas dan di bawah pan tersebut. Walaupun cara membuatnya sederhana dan tradisional, menurut saya pribadi kue ini cocok untuk lidah semua kalangan. Rasa empuk, manis dan renyah langsung terasa ketika saya mencicipi kue ini. Jika pembaca ingin memesannya bisa langsung datang ke rumah bu Sogita dan pak Basis di Bumen, Kota Gede, Yogyakarta atau bisa menghubungi nomor telponnya (0274)2611021.
memanggang kue |
Kue yang sudah matang dipanggang akan berubah warnanya |
keadaan dapurnya |
Huuuuaaaaa mauuuu Lan, disana kok makanan uniknya banyaknya y? Bisa-bisa kalo disana aku jajan mulu bawaannya :9
BalasHapus@chici hehehe mesti y jajan terus ci..dulu sebelm dijogja ak jarang jajan..smpe sini malah sering jajan hehehe
BalasHapuskapan-kapan borong ah hehehehe.....
BalasHapuswahhh aku belum update yang ini :(
BalasHapuswahhhhhhhhh daerah mana ni kota gedenya jadi pengen cobain
BalasHapuskota gede itu di jogja mas oki
BalasHapusenak iki kak ^^
BalasHapusresepnya sangat luar biasa... makasih ya!!
BalasHapusthanks ya
BalasHapussampe sekarang belum nulis ini #jadi inget :|
BalasHapusWwaahh aku mbayangin rasanya kaya bolu telur kering, nice blog mas.
BalasHapusowalah ini tho kue kembang waru...
BalasHapusntar ane cari ah..